Rabu, 06 Juli 2011

MARTABAT MANUSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen : H. Ayi Subarna,S.Ag.
2010

Disusun Oleh:
M. ihsan fadila
[0210U104]
Fajar hadiyamin
[0210U107]

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS DAN MENEJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAM
BANDUNG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah agama dengan judul “ MARTABAT MANUSIA”.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca adalah suatu penghargaan bagi kami demi terciptanya kesempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini diperlukan data dan informasi serta pengarahan dan bimbingan, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih khususnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.



Bandung,20 September 2010



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pembahasan Teori
2.2 Fenomena
2.3 Analisis

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Tanggapan dan upaya

BAB IV BIOGRAFI PENULIS

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemuliaan dan kesempurnaan manusia akan melebihi mahluk mahluk-mahlik lainya termasuk di dalamnya kemuliaan malaikat yang di katagorikan mahlik yang paling mulia dan yang paling taat akan dikalahkan ketaatannya oleh manusia jika ia beriman dan taat kepada Allah. Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.

1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
Masalah:
1. Apa fungsi manusia di dnia ini?
2. Apa manusia paling semurna?
3. Apakah manusia lebih sempurna dengan mahluk lain?


1.3 Tujuan Penulisan

Penyusunan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari martabat manusia
2. Untuk mengetahui berapa macam sumber hukum martabat manusia
3. Untuk mengetahui darimana sumber hukum itu didapat


1.4 Manfaat Penyusunan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan dan para penulis umumnya. Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk memehuhi salah satu syarat dalam penambahan nilai mata kuliah Pendidikan Agama Islam.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pembahasan Teori

Kemuliaan dan kesempurnaan manusia akan melebihi makhluk-makhluk lainnya termasuk didalamnya. Kemuliaan malaikat yang dikategorikan makhluk yang paling mulia dan paling taat kepada allah.
Potensi kemuliaan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat diantaranya:

a) Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk sujud (hormat) kepada Adam AS. Saat awal penciptaan manusia,dengan firman-Nya (Q.S. 2 : 34).

b) Malaikat tidak dapat menjawab pertanyaaan Allah tentang Al-Asma (nama nama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam AS mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT, dengan firman-Nya (Q.S. 2 : 31-32).

c) Kepatuhan malaikat kepada Allah karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia kepada Allah,melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan.
d) Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dibumi (Q.S. 2 : 30).

FENOMENA MARTABAT MANUSIA
Sekarang kita hidup pada masa yang jauh dari Nabi dan para sahabat, meski agama yang kita anut sama, yakni Islam. Pilar-pilarnya juga sama tetapi nilai pemaknaannya yang sangat berbeda. Esensi keberagamaan untuk menjunjung tinggi martabat dan kemerdekaan manusia telah dipahami keliru dan melenceng dari yang seharusnya. Tragedi kemanusiaan entah karena kelaparan, karena tindak kekerasan dan kebrutalan, bahkan gara-gara berebut sembako dan uang sedekah menjadi pemandangan memilukan sekaligus memalukan. Itu semua adalah bukti bahwa keberagamaan kita telah kehilangan esensinya. Ini juga yang menjadi sebab mengapa umat Islam di mana pun gagal menjadi umat terbaik, "khairu umat" yang bermartabat. Dalam konteks kita ber-idul fitri yang berarti kembali menjadi orang-orang bersih dan suci lewat latihan beribadah satu bulan penuh, kita dituntut memiliki kasalehan ritual maupun kesalehan sosial. Kesalehan ritual bisa dilakukan dengan pembudayaan shalat berjamaah, yang merupakan gerakan memperkokoh tali silaturrahim. Sedangkan kesalehan sosial bisa melalui jendela-jendela yang diajarkan Islam untuk mendidik umat mengembangkan kepedulian sosial lebih tinggi sehingga kesenjangan sosial ekonomi bisa diatasi. Orang-orang di luar Islam yang mengagumi kebesaran kitab suci Alquran seringkali merasa aneh terhadap sikap umat Islam, mengapa di masjid sering hilang motor, telepon genggam, laptop, bahkan sandal. Padahal masjid itu tempat suci. Mengapa juga umat Islam malas, padahal banyak ayat mengecam siapa saja yang mengabaikan waktu. Tolong menolong memang dianjurkan Islam sebagai wujud solidaritas, tetapi apa yang terjadi? Sedekah kita seringkali menjatuhkan martabat manusia bahkan mengorbankan kehormatan Muslim saat pembagian kupon sembako gratis tidak dikelola secara baik. Apalagi sembako yang dibagikan oleh penganut agama lain, sungguh menjadi pemandangan ironis betapa lemahnya kehormatan umat. Ingat Nabi segera bertindak saat seorang pemuda datang meminta uluran tangan. Nabi tidak membiarkan ada umatnya menengadahkan tangan sebab itu bukan gambaran masyarakat berbudaya dan terhormat. Satu satunya barang milik pemuda itu dilelang agar bisa membeli kapak jelek yang diperbaiki sendiri oleh tangan nabi. Kapak inilah yang akhirnya menyelamatkan sang pemuda dari kehinaan yakni menempatkan tangannya di bawah. Nabi juga mengingatkan bahwa yang termasuk manusia termulia adalah orang-orang susah yang tidak mempertontonkan kesusahannya. Kemuliaan serupa tentu dimiliki orang berada yang tidak memamerkan keberadaannya, meskipun melalui jalan kebaikan seperti atas nama membagikan zakat atau yang sejenisnya. Lihat pula bagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab ketika malam-malam ia datangi sendiri secara diam-diam rumah para warga yang kesusahan. Ia kirimkan langsung apa yang menjadi haknya para kaum lemah. Umar menjaga martabat mereka hingga tidak perlu menghinakan diri menjadi tangannya di bawah, karena hal ini akan merusak jati diri dan perasaan yang bersangkutan dan merusak pemandangan umum apalagi disorot televisi. Aneh yang terjadi di masyarakat kita justru menjadi tontonan harian. Di mana letak kesuksesan pengendalian diri dalam hubungan kemanusiaan. Fenomena-fenomena ini rasanya telah menjadi bukti bahwa ada yang salah dalam pembelajaran agama selama ini. Sehingga terasa ada jarak antara gagasan ideal Islam dengan realitas kehidupan nyata. Apa yang salah dari pola pembinaan dan perawatan sikap beragama kita? Seolah bangsa Indonesia tercinta ini makin terjauh dari petunjuk Alquran, meskipun di sana-sini keramaian tempat-tempat ibadah makin marak. Tetapi itu hanya seremonial belum yang esensial. Sesuai hakikat idul fitri sebagai hari kembalinya kesadaran manusia pada fitrah kemanusiaannya, fitrah kemanusiaan kita adalah beriman bertauhid. Tauhid tidak hanya dipahami esanya Tuhan. Tauhid juga berarti satunya kehidupan dunia dan akhirat, satunya kehidupan manusia tanpa membedakan suku, ras agama maupun adat dan bahasa.Rasullah bersabda, "Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, pasti makhluk yang ada di langit akan menyayangimu." Ibadah puasa yang akan kita selesaikan nanti ditutup dengan kewajiban membayar zakat fitrah yang harus dibayar sebelum shalat Id. Ini mengandung sebuah tata krama dan etika bahwa kita harus mendahulukan hak kaum lemah, sebelum berdzikir kepada Allah. Inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah dalam surat al-Ala ayat 14-15, "Qad aflaha man tazakka wa dzakarasma rabbihi fa shalla." Artinya : Sungguh berbahagia orang yang telah membersihkan diri dengan membayar zakat, lalu menyebut nama Tuhannya, dan kemudian mengerjakan shalat. Ajaran tersebut sangat jelas menekankan pentingnya ketertiban hidup baik tertib ritual maupun tertib sosial. Melalui hidup tertib itu kenyamanan, keamanan dan kedamaian akan terwujud dengan mudah. Maka Id bagi orang berpuasa harus makin memantapkan kita meneladani sifat-sifat Allah dan nabi yang Agung. Nabi tampil sebagai advokasi kaum lemah, tampil dengan kelembutan bukan hanya terhadap manusia tetapi juga terhadap binatang dan benda-benda mati. Oleh karena itu rangkaian Id, harus dilanjutkan dengan silaturrahim yaitu kesediaan memberi dan meminta maaf, sehingga tali persaudaraan yang renggang kembali menguat dan kokoh.


2.3 Analisis

Kemuliaan dan kesempurnaan manusia akan melebihi makhluk-makhluk lainnya termasuk didalamny Kemuliaan malaikat yang dikategorikan makhluk yang paling mulia dan paling taat kepada allah. Mmaka dari itu kita jungjung tingggi martabat kt jangan sampai kita hina di depan masyarakat atau pun Allah karena kita adalah mahluk yang sempurna daripda mahluk-mahluk lain


BAB 3
PENUTUP


1.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah ciptaan yang paling sempurna dari pada mahluk-mahluk lain inti dari mahluk lain.jadi manusia dalam kehidupan sehari hari harus mencerminkan seorang manusia harus mempunyai martabat dimna martabat tersebut menjungjung tinggi nilai nilai dan norma norma dalam setiap penggunaannya mematok dari ajaran ajaran islam yang sudah kita ketahui.
.

3.2 Tanggapan dan Upaya
Dari apa yang telah dibahas sebelumnya. Inti dari martabat manusia itu adalah sesuatu yang harus kita jaga baik baik maka dari itu mari kita jungjung tinggi norma dan nilai nilai social agar kta mendapat kan martabat dan kita selalu di hormati oleh orang orang yang di sekitar kita.upaya agar kita bias mendapt penghargaan martabat dari sekeliling kita maka kita harus bias mengikuti nilai soasial dan mempunyai norma soial agar kita senantiasa di hargai dan kita harus bisa mengikuti akhlak rosul akar kita bisa mendapatkan yang sempurna.

BAB IV
BIOGRAFI PENULIS

PENULIS I
Nama : MUHAMAD IHSAN FADILA
NPM : 0210U104
Asal Sekolah : SMAN 3 TASIK


PENULIS II
Nama : Fajar hadiyamin
NPM : 0210U107
Asal Sekolah : SMA I AL-AZHAR 5 CIREBON

DAFTAR PUSTAKA

1. http://deniz.ucoz.com/news/eksistensi_martabat_manusia_pelajaran_agama/2009-10-29-26
2. Niurdin, dkk, buku ajaran pendidikan ajaran agama islam, BPDU, universitas widyatama, 2005
3. http://oase.kompas.com/read/2010/09/08/08015052/Idul.Fitri.dan.Martabat.Manusia
4. Al Quran terjemah
5. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1801367-martabat-manusia-sebagai-kriteria-ilmiah/

Martabat Manusia

MARTABAT MANUSIA

Kemuliaan dan kesempurnaan manusia akan melebihi mahluk mahluk-mahlik lainya termasuk di dalamnya kemuliaan malaikat yang di katagorikan mahlik yang paling mulia dan yang paling taat akan dikalahkan ketaatannya oleh manusia jika ia beriman dan taat kepada Allah. Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, Kemuliaan dan kesempurnaan manusia akan melebihi makhluk-makhluk lainnya termasuk didalamnya. Kemuliaan malaikat yang dikategorikan makhluk yang paling mulia dan paling taat kepada allah.

Potensi kemuliaan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat diantaranya:

a)Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk sujud (hormat) kepada Adam AS. Saat awal penciptaan manusia,dengan firman-Nya (Q.S. 2 : 34).

b)Malaikat tidak dapat menjawab pertanyaaan Allah tentang Al-Asma (nama nama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam AS mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT, dengan firman-Nya (Q.S. 2 : 31-32).

c)Kepatuhan malaikat kepada Allah karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia kepada Allah,melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan.

d)Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dibumi (Q.S. 2 : 30).

Fenomena yg terjadi
Esensi keberagamaan untuk menjunjung tinggi martabat dan kemerdekaan manusia telah dipahami keliru dan melenceng dari yang seharusnya. Tragedi kemanusiaan entah karena kelaparan, karena tindak kekerasan dan kebrutalan, bahkan gara-gara berebut sembako dan uang sedekah menjadi pemandangan memilukan sekaligus memalukan. Itu semua adalah bukti bahwa keberagamaan kita telah kehilangan esensinya. Ini juga yang menjadi sebab mengapa umat Islam di mana pun gagal menjadi umat terbaik, "khairu umat" yang bermartabat. Sedekah kita seringkali menjatuhkan martabat manusia bahkan mengorbankan kehormatan Muslim saat pembagian kupon sembako gratis tidak dikelola secara baik. Apalagi sembako yang dibagikan oleh penganut agama lain, sungguh menjadi pemandangan ironis betapa lemahnya kehormatan umat. Ingat Nabi segera bertindak saat seorang pemuda datang meminta uluran tangan. Nabi tidak membiarkan ada umatnya menengadahkan tangan sebab itu bukan gambaran masyarakat berbudaya dan terhormat. Satu satunya barang milik pemuda itu dilelang agar bisa membeli kapak jelek yang diperbaiki sendiri oleh tangan nabi. Kapak inilah yang akhirnya menyelamatkan sang pemuda dari kehinaan yakni menempatkan tangannya di bawah. Nabi juga mengingatkan bahwa yang termasuk manusia termulia adalah orang-orang susah yang tidak mempertontonkan kesusahannya. Kemuliaan serupa tentu dimiliki orang berada yang tidak memamerkan keberadaannya, meskipun melalui jalan kebaikan seperti atas nama membagikan zakat atau yang sejenisnya. Lihat pula bagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab ketika malam-malam ia datangi sendiri secara diam-diam rumah para warga yang kesusahan. Ia kirimkan langsung apa yang menjadi haknya para kaum lemah. Umar menjaga martabat mereka hingga tidak perlu menghinakan diri menjadi tangannya di bawah, karena hal ini akan merusak jati diri dan perasaan yang bersangkutan dan merusak pemandangan umum apalagi disorot televisi. Aneh yang terjadi di masyarakat kita justru menjadi tontonan harian. Di mana letak kesuksesan pengendalian diri dalam hubungan kemanusiaan. Fenomena-fenomena ini rasanya telah menjadi bukti bahwa ada yang salah dalam pembelajaran agama selama ini. Sehingga terasa ada jarak antara gagasan ideal Islam dengan realitas kehidupan nyata.